Sayang, arsip untuk cerpen Mbah Kardoen ini sampai kini belum aku temukan. Seingatku arsip cerpen ini aku simpan di kontrakan temanku, Budi Ashari Afwan (asli Tuban yang kini kuliah di Yogyakarta). Inilah cerpen pertama-ku yang aku tulis untuk mengenang keunikan seorang tetangga dan juga teman lucu-ku di kampung halaman. Sebelum menulis cerpen ini, aku sudah lama berjanji pada tetangga-tatanggaku saat aku pulang ke rumah, bahwa suatu saat nanti aku akan menulis cerpen yang berkisah tentang Mbah Kardoen, yang oleh orang-orang di kampung halamanku dikira gila dan tak waras.
Aku tak tega dengan julukan gila itu, maka aku pun kemudian menulisnya menjadi sebuah cerpen. Anehnya, cerpen ini membutuhkan waktu lama. Aku tak juga kunjung memiliki kemampuan untuk menulisnya, dan baru jadi kutulis setahun kemudian, tanggal 27 Juni 2002 dan kemudian kirim ke Solo Post. Anehnya, cerpen itu tdi luar dugaanku justru dimuat.
Lebih membuatku tak percaya lagi, justru berkat cerpen itulah aku kemudian terpilih sebagai cerpenis terbaik versi UIN Yogyakarta pada tahun 2003. Akhirnya, aku memiliki keberanian untuk menulis cerpen dan keterusan hingga kini. (n mursidi)
iku poto nom-nomane mbah kardoen mas?
BalasHapusdi ganti potone mbah kardoen sing asli mas..
BalasHapus